Teknik dan Keterampilan Konseling.

Teknik dan Keterampilan Wawancara Konseling

Teknik Umum dan Teknik Khusus dalam Wawancara Konseling
Konseling merupakan hubungan komunikasi antarpribadi antara konselor dan konseli yang bersifat psikologis. Di dalam proses konseling, keterampilan seorang konselor dalam merespon pernyataaan konseli dan mengkomunikasikannya kembali sangatlah diperlukan. Agar proses komunikasi yang dimaksud dapat efektif dan efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan berkomunikasi.
Dalam proses wawancara konseling, konselor harus mampu menggali perasaan dan pikiran konseli. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan konselor kepada konseli dapat menghipnotis konseli untuk semakin terbuka. Ada seperangkat teknik yang dapat digunakan sebagai pendukung dalam memberikan wawancara konseling. Dalam proses wawancara konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus mampu merespon konseli secara baik dan benar sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik berupa pertanyaan maupun pernyataan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli sehingga mau terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya (Sopyan, S. Willis, 2004: 157)
Teknik-teknik wawancara konseling ini sebagai kegiatan operasional wawancara antara konselor dan konseli. Teknik dalam wawancara konseling ada 2 jenis, yaitu teknik umum dan teknik khusus.
A.Teknik Umum
1. Teknik
Teknik , yaitu suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dan konseli, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap konseli dan masalahnya. Implementasi teknik ini di dalam wawancara konseling, yaitu :
· Pemberian salam yang menyenangkan
· Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai
· Suasana ruang konseling yang nyaman
· Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan konseli, saling percaya, dan saling menghargai.
2. Teknik mengulang kembali (
Teknik ini digunakan konselor untuk mengulang kembali pernyataan konseli dengan maksud untuk memperjelas makna pesan/ pernyataan yang disampaikan oleh konseli.
3. Teknik menerima (
Teknik ini digunakan konselor sebagai sikap menerima apa adanya keadaan konseli. Tidak ada intepretasi tertentu terhadap kehadiran konseli kepada konselor. Jadi tidak ada penilaian positif atau negatif kepada konseli.
4. Teknik menstruktur (
Konselor menggunakan teknik ini dalam konseling untuk menstruktur pertemuan konseling. Ada 4 teknik penstrukturan, yaitu:
a. Penstrukturan pembatasan peran
Penstrukturan pembatasan peran ini dimaksudkan untuk menghindari peran diri yang tidak proporsional sehingga tidak menimbulkan kesan keliru bagi konseli tentang peran konselor.
b.      Penstrukturan pembatasan waktu
Teknik ini digunakan konselor untuk mendorong konseli menggunakan waktu konseling secara efektif, efisien tetapi produktif. Jika tidak dilakukan pembatasan waktu konseling bisa memakan waktu lama tetapi tidak ada hasil. Kondisi yang demikian sering membosankan.
c. Penstrukturan pembatasan gerak
Teknik ini digunakan oleh konselor membatasi gerak konseli dalam konseling jika ada konseli yang emosional dan mengacau fasilitas ruang konseling.
d.      Penstrukturan pembatasan masalah
Teknik ini digunakan untuk membatasi masalah yang dikemukakan konseli sehingga dua pihak menjadi fokus. Sebagai contoh, konseli tidak bercerita tentang satu masalah saja tetapi banyak masalah yang tidak ada kaitannya antara yang satu sehingga membingungkan. Dala kondisi seperti itu konselor harus cermat mendengarkan dan menangkap mana masalah pokok yang harus dibahas.
5. Teknik memantulkan perasaan (
Teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan konseli. Memantulkan perasaan perasaan konseli. Memantulkan perasaan tidak mudah, karena itu konselor perlu mengenal berbagai perasaan konseli, agar tepat dalam memberikan respon. Kata kunci yang digunakan adalah sepertinya, nampaknya, kelihatannyam dan lain-lain. Perasaan konseli dapat konselor lihat dari ekspresi maupun respon verbal atau nonverbal yang ditampilkan konseli.
6. Teknik Klarifikasi (
Teknik ini digunakan konselor untuk menyatakan makna pokok pernyataan konseli yang cukup panjang.
Contoh :
Konseli : “ Saya ingin melanjutkan sekolah saya ke jenjang Perguruan Tinggi. Keinginan saya itu telah direstui oleh ibu, tetapi ayah yang tidak menyetujuinya. Ayah ingin saya untuk belajar bekerja, dan ayah mengatakan tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan saya sampai ke perguruan tinggi.”
Konselor: “ Pada dasarnya ada silang pendapat antara ibu dan ayah kamu.”
7. Teknik simpulan sebagian ( )
Teknik yang digunakan konselor untuk membuat kesimpulan setelah konseli menyatakan beberapa respon (verbal/nonverbal). Ini dilakukan agar konselor dan konseli tidak segera melupakan pernyataan sebelumnya, sebelum melanjutkan ke pernyataan berikutnya. Teknik ini terutama dilakukan pada langkah sintesa.
Contoh :
Konselor : “Tadi kamu mengatakan bahwa tempat kos kamu sekarang tidak kondusif untuk belajar, teman-teman di kos selalu rebut, sehingga kamu berniat untuk pindah kos. Bukankah demikian ?”
8. Teknik mendukung/ penguatan
Teknik yang digunakan konselor untuk memberikan dukungan kepada konseli apabila pernyataan atau rencana-rencana konseli dinilai oleh konselor cukup efektif, positif dan produktif. Penguatan yang diberikan oleh konselor bisa berbentuk penguatan verbal maupun nonverbal.
9. Diam sebagai suatu teknik
Diam untuk menyatakan atau mempersilakan konseli untuk terus melanjutkan pembicaraan atau empati terhadap ungkapan perasaan konseli. Diam bukan berarti membiarkan konseli. Diam adalah sikap menghargai.
Selain itu tidak jarang konseli tiba-tiba diam (tidak bersuara) dalam konseling. Konseli yang diam memiliki banyak makna dalam konseling, yaitu :
a. Konseli dalam keadaan bingung.
b.      Konseli menolak pembicaraan tertentu.
c. Konseli kehabisan kata-kata atau ide danragu-ragu mengatakan selanjutnya.
d.      Terlanjur mengatakan sesuatu yang sebelumnya tidak perlu disampaikan.
e. Konseli mengharapkan sesuatu dari konselor tapi konselor tidak memberikan.
f.       Konseli sedang memikirkan apa yang akan dikatakan.
g.      Konseli baru menyadari akan ekspresi emosional sebelumnya.
Agar konseli tidak terdiam tiba-tiba dalam konseling, maka konselor seharusnya mendorong konseli untuk segera merangkai kalimat, membantu konseli merangkai kalimat yang hilang. Untuk itu konselor perlu mendengarkan secara aktif pernyataan konseli dan memperhatikan secara utuh tampilan konseli. Selain itu konselor juga harus mengatur jalannya konseling supaya konseli dapat mengikuti.
10. Teknik konfrontasi
Tekik ini digunakan untuk mengembalikan keadaan konseli pada posisi semula sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam konseling tidak jarang konseli tidak konsisten, artinya menyatakan diri tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya . Pernyataan yang satu bertentangan dengan pernyataan yang lain. Dalam keadaan demikian teknik konfrontasi sangat tepat digunakan oleh konselor.
11. Teknik mengakhiri
Teknik ini digunakan untuk mengakhiri wawancara konseling. Pengakhiran ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Merangkum isi pembicaraan, merangkum dapat dilakukan konselor atau konselor bersama-sama konseli.
b.      Mengatakan bahwa waktu sudah habis.
c. Mengajak konseli bertemu di waktu yang akan datang.
d.      Menunjukkan isyarat gerak ( seperti melihat jam tangan atau jam dinding)
e. Berdiri
f.       Menekankan sekali lagi bahwa konseli memiliki tugas untuk menindaklanjuti keputusan yang akan dilakukan dalam sebuah tindakan.
B. Teknik Khusus
Dalam konseling, disamping menggunakan keterampilan-keterampilan dasar atau teknik-teknik umum, seperti yang telah diuraikan di atas, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan atau teori konseling, seperti Behaviorisme, Rational Emotive Threrapy, Gestalt, dan lainnya. Berikut ini merupakan beberapa teknik khusus dalam wawancara konseling.
1. Latihan Arsetif
Teknik ini digunakan untuk konseli yang engalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar, Latihan ini bermanfaat untuk membantu konseli yang tidak mempu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya ia rasakan.Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
2. Disensitisasi Sistematis
Disensitisasi sistematis merupakan teknik konseling Behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan atau mengajak konseli untuk rilek. Esensi teknik ini adalah untuk menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi disensitisasi sistematis pada hakekatnya merupakan teknik rileksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat
Secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunaklan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan konseli agar mengamati respon pada stimulus yang disinerginkan dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut deberikan bersamaan deng munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada konseli dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang perilaku model, dapat digunakan audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh.
5. Permainan Dialog
Teknik ini digunakan dengan cara konseli dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan . Misalnya kecenderungan bertanggung jawab dengan kecenderungan masa bodoh. Pada akhirnya konseli akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil keputusan dan resiko. Penerapan teknik dialog ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”
6. Latihan “Saya Bertangggung Jawab Atas…”
Latihan ini dimaksudkan untuk membantu konseli agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya kepada orang lain.
7. Bermain proyeksi
Proyeksi :
· Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihatnya atau menerimanya
· Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.
Sering terjadi perasaan-perasaan yang dipantulakan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Perasaan-perasaan tersebut dikenal sebagai bentuk mekanisme pertahanan ego. Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk mencoba atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Dalam teknik ini konselor meminta konseli untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
9. Tetap pada Perasaan
Teknik ini digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau sangat ingin menghindari perasaan tersbut. Konselor mendorong konseli untuk tetap bertahan pada perasaan yang ingin dihindarinya itu.
10. Pemberian Tugas Rumah (
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk mengarahkan diri, mengolah diri konseli dan mengurangi ketergantungan kepada konselor. Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Adapun tujuan pemberian tugas rumah ini, yaitu untuk mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan dan untuk menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis.
11. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang bersifat negatif. Teknik ini efektif diterapkan kepada koseli yang memiliki kebiasaan negatif yang sering kali muncul dalam keseharian konseli tanpa disadarinya.
12. Bermain Peran
Teknik ini untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan perasaan-perasaan negatif melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara beebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
13. Teknik Kursi Kosong (
Teknik ini untuk membantu konseli yang mengalami masalah berkenaan dengan terhambatnya komunikasi dengan orang lain, permasalahan yang dimaksudkan adalah ketidak beranian/ ketidak sanggupan konseli untuk berhadapan denga orang yang dimaksudkan. Melalui teknik ini konseli dilatihkan tentang cara berhadapam dan berkomunikasi dengan seseorang dengan memanfaatkan media kursi kosong. Adapun tujuan dari penggunaan teknik ini, yaitu:
a. Mengatasi masalah konseli khususnya cara komunikasi konseli dengan menggunakan media kursi kosong.
b.      Mengatasi masalah konseli yang menyangkut hubungan konseli dengan orang lain.
c. Konseli mampu berkomunikasi dengan baik sehingga masalahnya terentaskan.
Keterampilan Wawancara Konseling
Disamping menguasai tekhnik, ada juga sejumlah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh konselor dalam melakukan wawancara konseling. Keterampilan mengimplementasikan keterampilan konseling memudahkan konselor dalam memberi makna terhadap pesan yang disampaikan oleh konseli baik secara verbal maupun non verbal. Keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Keterampilan Menerima ( )
Repport berarti suatu kondisi saling memahami dan saling mengenal. Tujuan pembentukan rapport adalah untuk menjembatani hubungan antara komunikator dengan komunikan. Rapport yang baik meningkatkan terciptanya suasana hubungan yang akrab yang ditandai dengan sikap saling mempercayai.
Pengembangan rapport antara lain dapat dilakukan melalui :
a. Pemberian salam yang menyenangkan
b.      Menberikan topik yang sesuai ( topik netral )
c. Penampilan sikap yang ditandai dengan (a) kehangatan emosi, (b) keterbukaan, (c) menjamin kerahasian (jika topik pembicaraan bersifat rahasia), (d) bersikap wajar, (e) cepat menyesuakan diri, (f) simpatik, (g) empatik, (h) sikap penerimaan dan penghargaan.
2. Keterampilan memperhatikan
Perhatian merupakan salah satu aktivitas jiwa, didefinisikan oleh Mahfudh Shalahudin (1991:138) sebagai suatu proses pemutusan terhadap fase-fase atau unsure-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. Dengan demikian bahwa kejelasan pengalaman seseorang relatif amat tergantung pada intensitas perhatian. Setiap kekuatan yang merangsang seseorang baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dapat menarik perhatian. Ini berarti bahwa dalam perhatian ada dua macam peristiwa penting, yaitu :
a. Selektif, dimana individu mendorong tingkah laku untuk mengkonsentrasiakan diri pada sekumpulan perangsang, tetapi ada kalanya tidak mereaksi terhadap semua rangsangan dari luar. Jadi ada proses pemilihan.
b.      Skema antisipasi, ialah kesiapan individu untuk setiap saat menerima dan mereaksi terhadap rangsangan. Maka “memperhatikan” berarti mengkonsentrasiakan diri mengarahkan aktivitas psikis pada satu titik sentral
Pembahasan kesadaran terhadap satu objek atau pada suatu titik sentral dan menyingkirkan peristiwa-peristiwa yang tidak perlu, disebut inhibis. Perhatian disamping dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati juga ditentukan oleh kemauan. Sesuatu yang dianggap memiliki nilai luhur, mulia, dan indahtentu akan memikat perhatian. Sebaliknya sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri dan ketakutan akan mencekam perhatian. Demikian pula halnya segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, dan remeh tidak akan bisa memikat perhatian.
3. Keterampilan Merespon
Merespon adalah suatu keterampilan untuk membalas segala rangsangan yang telah disampaikan oleh lawan bicara kita. Melalui rangsangan komunikator, memungkinkan komunikan melakukan eksplorasi tentang dirinya dalam hubungannya dengan dunianya. Untuk dapat merespon dengan akurat, maka komunikator harus mampu mendengarkan pertanyaan / pernyataan komunikan dengan akurat pula. Merespon juga berarti memasuki
komunikan ( dunia komunikan ). Jadi ada dua perangkat keterampilan yang diperlukan dalam merespon yaitu, (a) membedakan secara cermat dimensi – dimensi pengalaman komunikan, (b) mengkomunikasikan secara akurat pada komunikator dimensi – dimensi yang diterima dan dipahami komunikan.
Keterampilan jenis respon menurut Carkhuff (1983 ) pada Soli Abimanyu ( 1996:108 ) meliputi tiga macam yaitu : (1) Keterampilan merespon isi, (2) Keterampilan merespon perasaan dan (3) Keterampilan merespon arti. Keterampilan merespon isi maksudnya menjadikan jelas bagian – bagian dari pengalaman komunikan. Perlunya merespon perasaan agar memperjelas perasaan yang menyertai pengalaman komunikan. Sedangkan merespon terhadap arti, respon komunikator dapat menstimuli dan mereinforce komunikan untuk mengeksplorasi. Eksplorasi adalah merupakan dasar bagi pemahaman komunikasi tentang pribadinya.
4. Keterampilan Merefleksi Perasaan
Bagaimana seseorang merasakan suatu masalah sama pentinga dari pada hakekat atau isi masalah itu sendiri. Perasaan terjalin bersama masalah itu sendiri. Kesuksesan pemecahan masalah sebagian tergantung pada pemahaman seseorang akan perasaan dan kesadaran kembali akan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perasaannya.
Untuk membantu orang lain agar menjelaskan perasaannya, komuniaktor harus mengenal betul perasaan orang yang diajak bicara. Itulah sebabnya, penekanan dalam uraian dan kegiatan ini terletak pada identifikasi dan ekspresi perasaan komunikator sendiri dan sebagian terletak pada pengenalan perasaan orang lain. Keterampilan merespon perasaan komunikan secara actual difokuskan pada penggalan berikutnya.
5. Keterampilan memberi penguatan
Ada beberapa bentuk penguatan yang dapat dilakukan dalam komunikasi antar pribadi yang dapat memperkokoh terjalinnya komunikasi antar pribadi.
Penguat minimal yang baik mencakup :
a. Mengelaborasi aspek – aspek non verbal tentang perilaku yang baik, umpamanya :
· Memelihara kontak mata
· Badan condong kedepan dengan penuh perhatian / minat
· Gerak isyarat yang tepat
· Tanpa gerakan – gerakan gugup yang mengganggu
· Anggukan kepala
· Gerakan badan kedepan bersama gerak isyarat yang hangat pada waktu yang tepat
b.      Ungkapan atau ucapan verbal yang singkat, umpamanya :
· “Oh”, “begitu”, “kemudian”, “dan”
· “ceritakan lagi”
· “Mm”,”he”
· Menyatakan kembali secara sederhana kata – kata eksak dari pernyataan terakhir komunikan
· Mengulangi satu atau dua kata kunci
6. Keterampilan Mendengarkan
Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengrkan”. Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan prose situ orang mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli Abimanyu ( 1996;89) adalah mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan tujuan yang dikemukakan oleh seseorang.
Mendengarkan dengan baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan merupakan kerja keras. Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dan kepekaan tetapi juga berbagai perubahan fisik dalam tubuh. Pada waktu mendengarkan dengan baik, detak jantung kita bertambah, suhu badan sedikit naik, dan peredaran darah menjadi lebih cepat.
Agar menjadi pendengar yang baik, kita harus berusaha menjadi objektif. Kita harus berusaha untuk mengerti apa yang hendak disampaikan kepada kita oleh orang yang berbicara dengan kita dan bukan apa yang ingin kita mengerti
7. Keterampilan Bertanya
Betanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari hari. Disekolah, dikantor di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan Tanya jawab.
Pertanyaan yang diajukan oleh seseorang biasanya untuk memperoleh informasi mengenai hal yang belum diketahui. Dalam konseling, pernyataan yang ajukan oleh konselor atau konseli bertujuan untuk mengetahui apa yang belum diketahui oleh maing-masing pihak. Secara lebih khusus tujuan bertanya antara lain :
a. Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu konsep atau pokok bahasan
b.      Untuk memusatkan perhatian terhadap satu topik yang dibahas dalam konselingi
c. Mendorong konseli untuk mengemukakan ide, atau menyampaikan informasi
Kecakapan bertanya juga member kemungkinan kepada konselor untuk mampu menemukan masalah, tujuan yang diinginkan, sasaran yang dituju dan lebih jauh memungkinkan untuk menemukan diri sendiri.

Komentar